Di saat terjadi peristiwa besar yang terjadi seketika dan di luar dugaan, seperti penangkapan teroris atau kecelakaan kereta api beberapa waktu lalu, media radio tidak ketinggalan mengirimkan tim peliputan untuk memberikan laporan mengenai apa yang terjadi di lapangan.
Dalam keadaan genting seperti ini diperlukan kesiapan dari para reporter – khususnya reporter di daerah di mana peristiwa tersebut terjadi. Untuk peristiwa sejenis ini, bagi saya kecepatan dan kesigapan adalah hal yang tidak bisa di tawar. Sangat disayangkan jika saat mendapat order tentang sebuah peristiwa yang perlu segera diliput, koordinator liputan kesulitan mencari reporter untuk berangkat.
Besarnya peristiwa dan ketertarikan masyarakat untuk mengetahui apa yang terjadi membuat radio dituntut menyajikan berita yang cepat dan secara kontinyu menyajikan perkembangan berita. Dengan begitu reporter di lapangan harus bisa bekerja dalam buruan waktu, apalagi jika peristiwa tersebut akhirnya masuk dalam kategori “breaking news”.
Di tengah keterdesakan dan situasi yang genting, ada beberapa kesulitan di lapangan yang harus dihadapi oleh reporter:
- kesulitan mendapatkan informasi yang benar
- kesulitan mengakses lokasi
- kesulitan mendapatkan narasumber
- jangan lupa juga harus waspada terhadap kemungkinan bahaya di lokasi
Dari pengalaman, ada beberapa tips yang bisa dilakukan oleh reporter di lapangan pada saat genting.
- tenang, kendalikan diri dan emosi
- posisikan diri sebagai mata dan telinga pendengar
- berusaha berada pada jarak aman terdekat dengan lokasi kejadian, cari jalan lain jika jalan yang satu ditutup
- kumpulkan apa yang dilihat dan didengar di lapangan
- suara narasumber adalah target namun bukan prioritas, jangan terlalu berharap mewawancarai pihak berwenang karena mereka pasti menunggu ijin dari atasannya
- jika hanya bisa mendapatkan informasi dari saksi mata / warga / petugas atau siapapun sekitar kejadian, sebutkan darimanakah informasi tersebut berasal, data yang valid dari pihak yang berwenang baru bisa kita dapatkan beberapa waktu kemudian setelah diadakan jumpa pers
- karena lemahnya validitas informasi yang kita dapat di lapangan saat itu, lakukan updating informasi secara terus menerus, jangan ragu untuk meralat dan tentunya melengkapi informasi yang sudah disampaikan sebelumnya
- “no news is a news” dalam situasi seperti ini, belum terjadi perkembangan berita pun bisa anda laporkan sebagai berita
- perkembangan berita terjadi dalam hitungan detik dan apapun bisa menjadi berita. Biasakan mencatat apa saja yang anda lihat dan dengar
- pada saat menyampaikan laporan langsung, susun data-data yang anda dapat berdasar prioritas untuk dilaporkan
- informasi yang kita laporkan, bisa kita ulang kembali dalam sesi berikutnya sebagai reminding, penegasan, koreksi, dan jembatan untuk updating informasi
- responsif, mengambil tindakan yang perlu dilakukan sesuai dengan situasi di lapangan
- peralatan transportasi, perekam, komunikasi, monitor, dan catatan harus selalu dalam keadaan siap sempurna
Manfaatkan waktu antara laporan satu dan laporan berikutnya untuk mencatat apapun yang terjadi, mencari informasi yang bisa kita dapat dan mempersiapkannya dalam sebuah naskah berita singkat.
Bisa karena biasa. Itu yang harus dilakukan oleh reporter di lapangan. Semoga bermanfaat.
Be the first to like this post.
1 Tanggapan ke “No News is a News”