Powered By Blogger

Minggu, 28 Agustus 2011

Cerita Rakyat tentang sejarah Sangihe-Talaude

Menurut cerita rakyat, bumi Tampunganglawo yang kini disebut pulau Sangihe Besar, ratusan abad yang lalu, daratannya bersambung dengan pulau-pulau kecil mulai dari p. Lipaeng, p. Kawaluso, p. Matutuang, p. Memanu, p. Komboleng, p. Kawio, p. Marore, p. Marulung (p. Balut)  dan ujung paling Utara Barat Laut, p. Sahenganeng (p. Saranggani).
Pemukiman Suku Bantik dulu yang bernama Kaluwulang berada di bumi Tampunganglawo ini, yaitu diantara napong Ehise (beting-putih) dengan p. Marulung. Tapi karena daratan Tampunganglawo bagian Utara Barat Laut tenggelam, maka Suku Bantik untuk sementara waktu mengungsi ke daratan Talaud, lalu berpindah tempat dan mendiami pesisir Barat sepanjang pantai Sulawesi Utara, lainnya ke Mindanao Selatan, sedang yang kondisi tubuhnya lemah, berdiam terus di Talaud.


Cerita rakyat ini sama dengan analisa seorang ahli gunung api, Ir. Hadikoesoemo  yang pada tahun 1949 memeriksa keadaan gunung Awu Tahuna-Kolongan. Beliau sementara mendaki ke gunung, lalu menunjuk ke arah Utara dan berkata, bahwa pulau-pulau yang berjejer kebawah itu (maksudnya p. Lipaeng dan seterusnya) zaman dulu kala adalah puncak-puncak gunung tinggi, yang daratannya bersambungan dengan pulau Sangir Besar ini.  Ditambahkannya, bahwa bagian yang terbesar daratan, sudah tenggelam ke dasar laut, akibat dari letusan gunung api dahsyat yang terjadi beberapa kali.
Setelah daratan Tampunganglawo bagian Utara Barat Laut tenggelam, di bagian sebelah Timur dari daratan yang tenggelam itu, dari dalam lautan muncul sebuah daratan baru yang disebut Porodisa.
Secara ilmiah, proses ini dapat dibenarkan menurut teori seorang Ahli Tubuh Bumi, Bpk. Wisaksono Wirjodihardjo, di dalam bukunya yang berjudul Tubuh Bumi Indonesia, dia mengumpamakan bahwa bumi ini merupakan tanah gambut dan bila diinjak di tengah-tengahnya, maka bagian yang kena kaki, permukaan tanah itu akan turun, sedang tanah di bagian luar dari kaki itupun meninggi, namun volume tanah tidak akan berkurang.
Jadi, jika menurut teori ini, maka besarnya daratan Tampunganglawo yang tenggelam itu, sama besarnya/luasnya dengan daratan Porodisa atau pulau Karakelang Talaud.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar